DPD RI – Penggunaan pupuk organik di kalangan petani masih rendah. Petani masih cenderung memilih menggunakan pupuk kimia.
Minimnya penggunaan pupuk organik karena petani ingin memperoleh hasil yang instan. Sedangkan penggunaan pupuk organik, dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk memperbaiki unsur hara tanah sebelum akhirnya memberikan hasil yang signifikan.
Menanggapi hal ini Wakil Ketua DPD RI Nono Sampono mengingatkan perlunya literasi kepada petani dalam hal penggunaan pupuk organik serta hasil pertanian yang bebas dari zat kimia.
“Sejauh ini para petani menganggap pupuk kimia hasilnya bisa langsung kelihatan, disamping lebih praktis dan ekonomis. Mungkin mereka belum tahu manfaat besar penggunaan pupuk organik. Di situlah perlunya para petani diberikan pemahaman dan sosialisasi terkait keunggulan dan manfaat pupuk organik,” kata Nono Sampono dalam keterangannya Rabu (3/3/2021).
Senator asal Maluku itu menyadari tidak mudah untuk menghilangkan kebiasaan petani tersebut. Namun hal itu harus terus dilakukan agar memperoleh hasil pangan yang sehat dan investasi lahan pertanian yang lebih produktif.
“Saatnya kita mengkonsumsi produk pangan yang organik dan bebas pestisida. Dari sisi kesehatan tentu lebih aman. Tapi lebih dari itu pupuk organik ini mendorong produktifitas hasil pertanian yang tinggi dan membuat lahan relatif terjaga kesuburannya,” jelas Nono.
Selain banyak manfaat, pupuk organik juga sudah dikembangkan secara luas oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian. Saat ini, menurut Nono, telah dihasilkan pupuk organik hayati yang diklaim tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian tapi juga mengembalikan kesuburan tanah.
“Saya kira perlu diapresiasi apa yang sudah dikembangkan oleh Balitbangtan. Tugas kita semua sekarang menyarankan pelaku pertanian untuk menggunakan pupuk organik hayati tersebut,” lanjut pria kelahiran Bangkalan, Madura 1 Maret 1953 ini.
“Apalagi pupuk organik bermikroba ini mampu meningkatkan kualitas hasil panen, ketahanan tanaman, dan bisa memperbaiki kerusakan tanah akibat penggunaan pupuk kimia dan pestisida yang berlebihan,” imbuh Nono.
Menurut Balitbangtan, pupuk organik hayati merupakan pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos yang diperkaya dengan mikroba seperti Trichoderma (dekomposer), mikroba penghasil antipatogen, mikroba pelarut P, dan bakteri penambat N.
Pupuk organik hayati ini sudah teruji bisa membuat tanah lebih subur. Contohnya pupuk organik yang diperkaya dengan Trichoderma bisa mengurangi layu Fusarium sp. pada cabai dan bercak coklat pada tomat.
Dibanding pupuk buatan kimia atau anorganik, penggunaan pupuk organik dengan mikroba lebih efisien meningkatkan hasil panen 20 hingga 50 persen. (*)