DPD RI – Tantangan krisis energi fosil kini sedang menghantui dunia. Di saat yang sama komitmen dan upaya dekarbonisasi dengan green energy semakin gencar dikampanyekan oleh banyak negara termasuk Indonesia.
Menyoroti fenomena krisis energi dan iklim yang terjadi secara bersamaan ini, wakil ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD RI) Sultan B Najamudin mendorong pemerintah melalui kementerian ESDM dan Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) untuk segera melakukan percepatan eksplorasi potensi sumber energi nuklir di Indonesia.
“Kita sedang berada di suasana krisis energi, sekaligus krisis iklim. Dan inilah momentum yang tepat bagi Indonesia untuk segera mengalihkan perhatiannya terhadap energi masa depan yang murah dan ramah lingkungan, seperti energi nuklir. kita memiliki potensi uranium dan thorium yang luar biasa”, ungkap Sultan melalui keterangan resminya pada Senin (10/1/2022).
Menurutnya, dalam mengembangkan teknologi nuklir, Indonesia perlu meniru Prancis yang mampu mewujudkan kualitas Udara dan lingkungan bersih dengan memanfaatkan energi nuklir dalam posisnya sebagai negara industri maju.
“Kita tak punya banyak pilihan, membiarkan lingkungan hidup terdegradasi dan menjadikan kita bergantung pada energi fosil yang terbatas, atau segera mengalokasikan sumber daya yang ada untuk mengembangkan potensi energi uranium dan sejenisnya yang tersedia. Terutama dalam memenuhi kebutuhan energi listrik”, tegasnya.
Sehingga, lanjut Sultan, kami mendorong otoritas Batan maupun BRIN bersama BUMN terkait seperti PLN segera melakukan kolaborasi intensif dalam mengembangkan energi nuklir. PLN tidak bisa terus menerus menjadikan batu bara sebagai sumber energi utama dalam memenuhi kebutuhan listrik nasional. Demikian juga untuk kebutuhan manufaktur yang kita kembangkan dalam industri hulu komoditi unggulan ekspor.
“Kami sangat percaya bahwa, Bapak Presiden Joko Widodo memiliki atensi yang sama terhadap potensi energi alternatif yang lebih ramah lingkungan dan murah ini. Dan Kita memiliki SDM di bidang energi yang tidak kalah unggul dan dapat diandalkan. Apalagi jika kita memilih partner swasta yang tepat untuk memulainya”, tutup mantan ketua HIPMI Bengkulu itu.
Untuk diketahui, berdasarkan data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), Indonesia memiliki bahan baku nuklir berupa sumber daya uranium sebanyak 81.090 ton dan juga thorium sebanyak 140.411 ton. Bahan baku nuklir tersebut tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Secara terinci, Sumatera memiliki 31.567 ton uranium dan 126.821 ton thorium. Sementara Kalimantan memiliki sebanyak 45.731 ton uranium dan 7.028 ton thorium. Sulawesi memiliki 3.793 ton uranium dan 6.562 ton. (*)