Ketua DPD RI Minta Pasien Covid-19 yang Depresi Dihadapi dengan Simpatik

DPD RI – Kabar seorang pasien positif Covid-19 diduga dianiaya warga mendapat perhatian Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti. Ia mengajak masyarakat untuk mengedepankan rasa simpatik menghadapi pasien Covid yang memiliki tekanan psikologis.

Dalam sebuah video yang viral di media sosial, diperlihatkan seorang pria diadang warga dengan kayu. Pria dalam video tersebut diketahui bernama Salamat Sianipar (45). Sementara warga yang mengelilingi Salamat dalam video adalah warga kampungnya.

Peristiwa itu diduga terjadi di Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Tobasa, Sumatera Utara (Sumut), Kamis (22/7) lalu.

“Saat ini, banyak sekali kejadian pasien Covid-19 menjadi depresi karena tidak bisa terima dengan keadaannya. Bahkan, ada beberapa peristiwa pasien Covid bunuh diri, karena memang tekanan sosial penyakit ini cukup besar. Warga harus bisa simpatik menghadapi pasien Covid seperti ini,” tutur LaNyalla di sela-sela reses di Mojokerto, Senin (26/7/2021).

Warga menghadang Salamat lantaran pria tersebut sering keluar rumah. Padahal, ia seharusnya menjalani isolasi mandiri.

 

 

Istri Salamat mengungkapkan, suaminya mencoba menularkan virus kepada keluarga dan warga yang ada di kampung itu.

Warga sudah beberapa kali mengamankan Salamat dan mengembalikannya ke tempat isolasi mandiri yang disiapkan kampungnya. Namun Salamat kembali keluar dan hendak pulang ke rumah.

Akhirnya warga terpaksa menggunakan kayu serta bambu saat kembali mengamankan karena Salamat berusaha meludahi warga. 

LaNyalla memahami ketakutan masyarakat. Namun ia berharap masyarakat menghindari aksi-aksi kekerasan.

“Kalau memang sulit menghadapi pasien yang depresi, serahkan saja kepada petugas yang berwenang. Karena petugas sudah memiliki keahlian dan pastinya menghadapi pasien dengan fasilitas memadai serta sesuai protokol kesehatan,” jelas Senator asal Jawa Timur itu.

Pihak kampung sebenarnya sudah menyiapkan kebutuhan Salamat selama isolasi mandiri, termasuk kebutuhan makanan. Hanya saja, Salamat tak mengindahkan anjuran isolasi mandiri.

“Kebutuhan medis dari sisi psikologi setiap orang berbeda-beda. Perangkat desa perlu lebih bijaksana, di saat sekiranya sudah tidak bisa ditangani masyarakat, seharusnya langsung berkoordinasi dengan ahlinya untuk menghindari kejadian seperti ini,” kata LaNyalla.

Saat ini Salamat sudah mendapat perawatan di RSUD Porsea. Disebutkan, Salamat kini dalam kondisi ketakutan setelah dihadang ramai-ramai oleh warga.

“Saya berharap Pemkab Toba berkoordinasi dengan pihak rumah sakit agar korban bisa mendapat perawatan yang tepat,” tuturnya.

Mantan Ketua Umum PSSI tersebut berharap agar permasalahan ini tidak berkelanjutan. LaNyalla menilai, dampak sosial pandemi perlu disikapi secara arif dengan mengedepankan unsur musyawarah.

“Saya dengar ada pihak keluarga korban yang hendak membawa kasus dugaan penganiayaan itu ke jalur hukum. Saya menyarankan tidak perlu seperti itu. Lebih baik selesaikan masalah secara kekeluargaan,” ujarnya.

“Yang paling terpenting sekarang adalah penanganan terhadap korban sudah dilakukan oleh ahlinya sehingga bisa segera pulih, baik dari segi kesehatan fisik maupun kesehatan mentalnya,” tutup LaNyalla. (*)