WALI KOTA Balikpapan Rizal Effendi baru saja merampungkan lawatan ke Barcelona, Spanyol, dalam rangka menghadiri kongres dan expo Smart City se dunia. Dalam kunjungan itu, Wali Kota sempat bertemu dengan 6-7 calon investor di Spanyol yang tertarik pada rencana desalinasi air laut. Rencana desalinasi mengemuka karena Kota Balikpapan (terkini sebagai penyangga IKN) masih dilanda krisis air.
Melihat langkah tersebut, saya menilai, bagi wilayah seperti Balikpapan yang mengalami krisis air baku untuk diolah menjadi air bersih, desalinasi air laut dapat menjadi solusi terbaik untuk mengatasi persoalan tersebut.
Saat ini desalinasi masih terkendala mahalnya teknologi desalinasi serta besarnya energi yang dibutuhkan untuk kesinambungannya. Bahkan pengeluaran untuk energi memakan hingga 70 persen dari total biaya yang dibutuhkan untuk proses desalinasi.
Meskipun demikian, saya memandang Pemkot Balikpapan harus tetap mengkaji desalinasi air laut ini. Perlu juga dikaji desalinasi air laut menggunakan sumber energi matahari agar diperoleh air bersih hasil desilinasi yang lebih murah.
Diharapkan pengkajian ini tidak hanya pada biaya dan proses desilinasinya saja, tapi kesiapan dan kehandalan SDM juga harus dilakukan. Sehingga mampu mengoperasikan secara berkesinambungan sistem ini.
Terkait penunjukan Kaltim sebagai lokasi Ibu Kota Negara (IKN), untuk jangka panjang, kawasan IKN memang harus merencanakan matang tentang desalinasi. Kawasan IKN tidak bisa hanya mengandalkan bendungan, pipaisasi air Sungai Mahakam, dan air tanah sebagai sumber air baku.
Mengingat pentingnya program desalinasi ini, kedepan pekerjaan besar tentang desalinasi ini tak hanya harus diseriusi Pemkot Balikpapan, tapi juga pemerintah pusat. Khususnya dalam menunjang aktivitas wilayah IKN di jangka panjang.
Adapun terkait rencana pengelolaan desalinasi di Balikpapan oleh investor asing, akan sangat tergantung pada sistem investasi yang disepakati. Harapan saya, yang berinvestasi nanti adalah bangsa kita sendiri.
Data menunjukkan, lebih dari 97 persen air di bumi berada di laut dan samudera, yang terlalu asin untuk diminum. Tapi air laut bisa didesalinasi atau diproses menjadi air tawar. Ada dua metode dasar untuk melakukannya, distilasi melalui penguapan dan penyaringan melalui membran khusus yang menghalangi molekul garam lewat.
Penyulingan membutuhkan banyak energi, sehingga kebanyakan dimanfaatkan oleh negara-negara di Timur Tengah. Kini sedang dikembangkan saringan polimer yang memiliki stabilitas kimia dan mekanis lebih baik. Menurut Asosiasi Desalinasi Internasional, ada lebih dari 19.000 pabrik desalinasi di seluruh dunia yang memproses lebih dari 92 juta ton air setiap hari. (Aji Mirni Mawarni)