oleh Aji Mirni Mawarni*
SELASA (21/4/2020) pagi, mendadak viral sebuah foto wanita berkebaya warna gelap yang menggunakan masker berwarna senada. Foto itu menandai sebuah situasi yang sangat berbeda dari peringatan Hari Kartini tahun-tahun sebelumnya.
Tahun ini, momentum peringatan Hari Kartini bertepatan dengan terus meningkatnya penyebaran wabah Coronavirus; yang kini menjadi pandemi di seluruh penjuru muka bumi.
Secara global, per 21 April siang, 2.483.180 warga dunia terinfeksi dengan angka kematian 170.501. Di Indonesia, tercatat 6.760 kasus dengan angka kematian 590. Sementara di Bumi Etam, Covid-19 telah menjangkiti 63 orang dari total 369 pasien dalam pengawasan.
Memaknai Hari Kartini hari ini, kita menyaksikan langsung situasi di mana banyak saudara-saudara kita yang kesulitan. Mereka terdampak nyata secara sosial dan ekonomi. Mereka kehilangan mata pencaharian, baik karena PHK maupun pedagang yang tak lagi didatangi pelanggan. Kalaupun status karyawan masih melekat, banyak di antara warga yang kian terhimpit karena status dirumahkan tanpa gaji dan tanpa kepastian.
Perintah “stay at home” menjadi lebih menyakitkan bagi mereka. Berbagai perasaan menyatu dan campur aduk; jenuh dengan situasi yang monoton, stress karena himpitan ekonomi tanpa ada pemasukan, juga cemas terhadap hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang.
Kartini-kartini masa kini seyogyanya mengambil peran yang penting dan signifikan dalam kondisi ini. Sejumput rezeki yang kita bagi, sungguh berarti bagi mereka yang mata pencahariannya terhenti. Jumlah orang yang terdampak Covid-19 tak sedikit. Bahkan angka-angka dalam pendataan “warga miskin baru” terus bertambah panjang.
Bantuan kita tentu tak bisa mengobati seluruh “luka” mereka. Uluran tangan kita juga tak bisa mengatasi seluruh masalah mereka. Namun, semangat berbagi itu, sungguh menjadi pemberian yang sangat bernilai bagi mereka. Mari berbagi rezeki, perkuat empati, jalin persaudaraan nan tulus dari hati.
Dalam kesempatan Hari Kartini, perempuan Indonesia perlu menunjukkan karakternya yang mulia. Perempuan Indonesia harus berkarakter kuat, punya semangat, dan selalu berusaha menjadikan setiap waktunya diisi dengan kegiatan bermanfaat.
Sekalipun sebagian tidak memiliki pendidikan yang tinggi, tidak berkarier di luar rumah, memilih menjadi ibu rumah tangga; namun pundak mereka tetaplah mengemban tanggung jawab besar menjadikan anak-anaknya menjadi generasi penerus yang tangguh.
Sebagai istri, perempuan juga harus mampu menjadi penyemangat suami dalam bekerja. Utamanya agar memiliki kinerja yang baik dan terus mengingatkan suami agar selalu menjaga kehalalan rezeki yang dibawa pulang ke rumah.
Wahai wanita Indonesia, dengan semangat Kartini, jadikanlah bangsa ini semakin bermartabat. (*)
*Anggota MPR/DPD RI Periode 2019-2024 Dapil Kalimantan Timur