HM Jauhar Efendi: Catatan Kecil Atas Kepergian Almarhum H Aji Zainuddin, SH

Innaa Lillaahi wa innaaa ilaihi raaji’uun. Kabar duka itu saya terima tadi malam (10/05/2020) lewat WhatsApp dari kawan. Beliau menghembuskan nafas terakhir pada usia 78 tahun, sekitar pukul 19.45 wita, di Rumah Sakit Abdul Wahab Sajchranie, Samarinda. Cukup lama beliau sakit. Moga alm diampuni dosanya. Dilapangkan kuburnya dan diterima amal baiknya. Aamiin.

Almarhum semasa hidupnya pernah menjadi dosen APDN (Akademi Pemerintahan Dalam Negeri) Samarinda. Saya sebagai salah satu mahasiswa beliau. Tahun 1981-1985. Mata kuliah yang diampu adalah “Hukum Administrasi Negara”. Sebagai lulusan dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia, beliau adalah sosok yang sangat disiplin dan pembersih.

Seingat saya, beliau waktu itu membuat buku pegangan (buku diktat). Pada saat menyampaikan materi, buku pegangan tersebut dibaca kata per kata dengan suara yang sangat jelas dan tegas. Kalau ada mahasiswa yang gaduh, tidak menyimak, beliau pasti marah dan langsung menegur mahasiswa yang bersangkutan.

 

 

Pernah suatu ketika teman saya tidak menyimak, langsung kena “damprat” dan diancam mau dikeluarkan lewat jendela, jika diulang kembali. Bahkan, beliau sampai mengatakan, “sebenarnya honor untuk mengajar itu habis untuk beli BBM mobil dan honor sopir”. Ya bisa dimaklumi, waktu itu honor mengajar pasti sangat kecil sekali. Sementara beliau pakai mobil Toyota Hardtop, yang terkenal sangat boros BBM.

Selepas kuliah APDN Tahun 1985, saya diangkat menjadi pegawai honor daerah (Honda). Jika melihat SK penempatan, sebenarnya saya ditugaskan sebagai ADC Gubernur Kaltim. Waktu itu Gubernurnya almarhum Pak Soewandi, mantan Bupati Lumajang. Tetapi waktu saya melapor ke alm Machluddin (ADC Senior dari TNI-AD), dikatakan, bahwa jumlah ADC masih cukup.

Singkat cerita, akhirnya saya terdampar di Bagian Protokol atas jasa Pak Ridiansyah, sebagai salah satu Kasubbag di Bagian Protokol. Sebagai Kabagnya adalah alm. Pak Aji Zainuddin, SH. Di sinilah saya mengenal lebih dalam tentang sosok almarhum. Beliau sangat disiplin, rapi dan pembersih. Sangking pembersihnya, saya teringat betul setiap hari beliau beberapa kali cuci tangan pakai sabun dan lebih banyak memakai toilet wanita untuk urusan cuci tangan. Kenapa? Karena toilet wanita relatif lebih bersih dibandingkan toilet pria. Waktu itu jumlah pegawai wanita masih sangat sedikit dibandingkan pegawai pria.

 

 

Beliau kalau sudah memakai Pakaian Sipil Lengkap (PSL) atau jas sangat rapi. Beliau suka dasi warna merah. Di bajunya pasti ada seperti sapu tangan yang disembulkan di saku baju. Garis setrikaan celana cukup jelas, lurus dan rapi. Sampai-sampai saya sering mengatakan, “seandainya ada semut yg melewati garis celana tersebut akan terjatuh, karena sangking licinnya”. Tentu saya tidak berani mengatakan tersebut langsung dihadapan beliau.

Kalau mau pulang kantor, kerai atau gordyn jendela pasti ditutup dan dirapikan. Lampu-lampu ruangan pasti dimatikan. Meja-meja staf diluruskan penempatannya. Bahkan kertas HVS yang ada di rak lemari atau di meja juga dirapikan, sehingga kalau ada yg ambil kertas dan tidak dirapikan kembali pasti ketahuan.

Dulu di Bagian Protokol ada mesin ketik merk IBM, yang tidak pakai pita, tidak sembarang staf Protokol yg boleh memakai. Hanya saya dan Kanda Rodian Mahmur yg boleh makai. Mesin ketik tersebut hanya boleh dipakai untuk mengetik pidato Gubernur dan buat daftar honor.

Saya juga pernah dinasehati almarhum. “Jo, kamu harus mempersiapkan ketrampilan apa yg kamu miliki kalau nanti pensiun” (Jo itu kependekan dari Johar). Bayangkan saya baru status pegawai Honda dan belum diangkat jadi PNS sudah diminta mempersiapkan bekal ketrampilan untuk pensiun. Itulah hebatnya almarhum berfikir jauh ke depan.

Kalau ada Notaris atau Notaris merangkap PPAT (Pejabat Pembuat Akte Tanah) yang minta dilantik Gubernur dan susah diatur, beliau mengatakan, “kamu lulusan dari Universitas apa? Tahun berapa? Saya lulusan UI, tahun 1968” ( kalau tidak salah dengar). Maka saat itu, langsung notaris tersebut menaruh hormat kepada alm Pak Aji Zainuddin.

Sebelum berkarier sebagai PNS, tercatat pada Tahun 1973-1978, almarhum pernah menjadi anggota DPRD Prov. Kaltim sebagai Wakil Ketua dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saya pernah menjadi anak buah almarhun selama kurang lebih satu tahun. Usai jadi Kabag Protokol, dipromosikan menjadi Kepala Inspektorat Kabupaten Kutai selama kurang lebih 11 tahun, sampai memasuki Batas Usia Pensiun (BUP). Jabatan yang sangat cocok dan sesuai dengan latar belakang pendidikan bidang hukum.

Almarhum pernah juga mengajak saya untuk pindah kerja ke Pemkab Kutai Kartanegara, usai saya lulus tugas belajar dari Institut Ilmu Pemerintahan, Tahun 1990.

Alhamdulillah tadi pagi berkesempatan takziah ke rumah dan memberikan penghormatan terkahir kepada almarhum serta ikut sholat jenazah, dipimpin Ketua MUI Kaltim, Pak K.H. Hamri Haz. Pak Isran Noor juga ikut tahlil dan menyolatkan almarhum.

Melihat rumah almarhum yg masih nampak aslinya dan sederhana, menunjukkan beliau orang yang jujur dan disiplin. Kedisiplinan tersebut diakui oleh anak almarhum, Aji Mirni Mawarni, anggota DPD-RI yang sempat ketemu tadi pagi. (*)