Potensial Tingkatkan Perekonomian Masyarakat, Ketua DPD RI Dorong Pemanfaatan Porang

DPD RI – Tingginya prospek yang dimiliki tanaman porang, membuat Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, mengajak masyarakat untuk memanfaatkannya. LaNyalla pun optimis komiditi ini bisa membantu ekonomi masyarakat. 

Porang adalah tanaman sejenis talas-talasan atau umbi yang bisa tumbuh di wilayah tropis dan sub tropis. 

“Di Indonesia, tanaman ini tumbuh secara liar karena masih jarang dikenal, sehingga tidak ada upaya budidaya. Padahal potensi tanaman ini sangat luar biasa dan seharusnya bisa dimanfaatkan masyarakat untuk meningkatkan perekonomian,” tuturnya, Rabu (24/2/2021) saat berkunjung ke Bangkalan, Madura.

LaNyalla menjelaskan, porang mengandung beberapa zat seperti glucomanan yang penting sebagai bahan baku industri dan sumber karbohidrat dan memiliki khasiat bagi kesehatan.

“Tidak itu saja, kandungan tanaman porang bisa dimanfaatkan menjadi pengental pada makanan seperti sirup, es krim juga agar-agar, bahan obat-obatan, dan industri. Dari sini bisa kita lihat jika porang sangat menjanjikan,” katanya.

Mantan Ketua Umum Kadin Jawa Timur itu menambahkan, maraknya informasi terkait tanaman ini, membuat petani mulai melirik karena nilai ekonomi yang tinggi.

 

 

“Porang menjadi salah satu bentuk kekayaan tanaman kita. Tapi, Indonesia masih memiliki banyak tanaman yang tumbuh liar yang memerlukan penelitian. Sehingga kita tahu manfaat tanaman atau keanekaragaman hayati yang kita miliki,” ujarnya.

Senator asal Jawa Timur itu pun berharap kekayaan alam yang dimiliki Indonesia bisa dieksplorasi kegunaannya dan harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya.

LaNyalla pun menyinggung pentingnya Indonesia serius mendalami etnobotani, seperti yang dilakukan Tiongkok dan Korea Selatan. Etnobotani sendiri adalah budaya, pengetahuan lokal, kearifan lokal yang memiliki sifat unik/ khas berbasis pengetahuan tentang tumbuhan sebagai penunjang kehidupan (obat, pangan, energi, dan advance material). 

“Artinya semakin kaya biodiversitas yang dimiliki suatu wilayah, ya semakin kaya wilayah tersebut dengan potensi pangan, obat dan advance material. Bayangkan potensi yang dimiliki kepulauan nusantara itu sebenarnya. Dan sudah ada sejarahnya, kita jaya dengan rempah-rempah, itu semua basisnya Etnobotani,” ungkap LaNyalla. 

Ironisnya, saat ini WHO merujuk Tiongkok dan Korsel sebagai negara pengembang produk pertanian dan tanaman herbal serta obat-obatan berbasis hasil bumi. 

“Padahal awalnya, Korsel mengembangkan Industri Fitofarmakanya dengan pendampingan dari BPOM kita, karena level badan pengawasan obat dan makanan kita yang sudah diakui dan ditugaskan oleh WHO,” pungkasnya. (*)