DPD RI – Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI angkat bicara terkait kontroversi vaksin Nusantara yang sedang diteliti dan dikembangkan (research and development) oleh mantan Menteri Kesehatan RI Terawan Agus Putranto bersama dengan Aivita Biomedical Corporation AS, Universitas Diponegoro, dan RS Kariadi Semarang.
“Sebagai sesama warga bangsa, kita wajib menghargai dan inisiatif dan inovasi produk obat atau vaksin anak bangsa. Tim R/D Vaksin Nusantara pantas diberikan kesempatan untuk diteliti secara lebih jauh dan presisi”, ungkap wakil ketua DPD RI Sultan B Najamudin, saat ditanya mengenai keraguan beberapa pihak terhadap kehadiran vaksin nusantara.
Dalam suasana kebatinan masyarakat yang sedang tidak stabil ini, kata Sultan, semua pihak harus menumbuhkan rasa saling percaya, optimisme dan harapan terhadap setiap ikhtiar kemanusiaan yang dilakukan oleh siapapun, selama itu bisa dipertanggung jawabkan apalagi dapat memberikan manfaat kepada seluruh rakyat Indonesia.
“Kami meyakini bahwa potensi SDM kesehatan dan epidemiolog Indonesia tidak kalah hebatnya dengan negara lain. Tapi jangan sampai karena perbedaan sudut pandang, justru yang terjadi adalah sikap tidak saling mendukung potensi keilmuan yang ada sehingga menjadi konflik kepentingan yang tidak produktif”, tegas senator muda asal Bengkulu itu.
Meskipun, tingkat Efikasi dan Efektivitas vaksin nusantara ini belum menghadirkan data percobaan yang rill, namun ikhtiar dan perjuangan tim riset harus kita beri rasa hormat. Mungkin saja hasilnya akan lebih baik setelah melakukan beberapa kali uji klinis tahap kedua dan seterusnya sebagai proses penyempurnaan.
“Jika bukan kita siapa lagi yang percaya dengan produk vaksin kita sendiri, dan kalau bukan sekarang kapan lagi. Maka jadikan ini sebagai momentum untuk bangkit dalam persatuan”, tegas Sultan.
Setiap negara, jelas Sultan, hari ini sedang berlomba-lomba melakukan research dan development (R&D) tentang vaksin Covid-19. Karena hal ini sangat berpengaruh langsung terhadap kepentingan nasional masing-masing negara. Jangan sampai kekayaan intelektual kita justru diadopsi dan dipakai oleh negara lain.
“Jika vaksin ini sudah benar-benar dapat dibuktikan keberhasilannya nanti, maka Indonesia tidak boleh ketinggalan dan hanya menggunakan produk vaksin negara lain yang belum tentu lebih baik dari vaksin buatan dalam negeri. Jadi mari kita hargai dan cintai produk dalam negeri tercinta Indonesia”, ajak Sultan menutup keterangannya.
Mantan Menkes Terawan menjelaskan bahwa vaksin Nusantara menggunakan bahan serum darah dari masing-masing individu. Vaksin Nusantara ini merupakan vaksin personal berbasis sel dendritik (dendritic cell).
Sebelumnya, uji klinis fase I Vaksin Nusantara dilakukan terhadap 27 relawan sudah selesai pada akhir Januari 2021. Saat ini, pengembangan vaksin telah memasuki uji klinis fase II yang merupakan tahapan keamanan dan efektivitas dan akan dilakukan kepada sebanyak 180 relawan. Dan selanjutnya, pada uji klinis fase III merupakan tahapan penentuan dosis dan akan dilakukan kepada 1.600 orang. (*)